Tuesday, January 24, 2023

Menjawab Konsep "Pemberesan" dan Mewaspadai Teologi Kemakmuran



Tanya :

Apa betul bahwa Yakub itu ketika bertemu Esau sudah mengembalikan hak kesulungan yg dia tipu dari Esau, sehingga Yakub diberkati Tuhan menjadi kaya? Itu jg sebabnya dia panggil Esau sbg Tuan dan Yakub mengaku sbg hamba? Karena sdh melakukan pemberesan makanya Yakub diberkati. Jadi kalau kita melihat orang miskin, pasti karena ada yg tdk beres dlm hidupnya? Kalau ada "pemberesan", pasti akan kaya dan diberkati?


Jawab :

Kisah kepulangan Yakub dari rumah Laban kembali ke rumah Ishak tercatat dalam Kejadian 32-33, dan tidak ada indikasi dari teks ini yang mengatakan bahwa Yakub mengembalikan hak kesulungan kepada Esau.

Mungkin sebelum kita melangkah lebih jauh kita pertama-tama harus mendefinisikan apa itu hak kesulungan. 

Dalam Perjanjian Lama hak kesulungan tidak diartikan sebagai ahli waris utama seperti zaman sekarang. Jadi, hak kesulungan tidak sama dengan dia akan menerima semua warisan harta Ishak, berikut budak-budak dan kambing dombanya. Sebab toh setelah menerima hak kesulungan, si Yakub malah kabur dan memulai dari nol di tempat Laban, which means, dia tidak terima harta Ishak. 

Dan toh ketika Yakub bertemu kembali dengan Esau, Esau sudah jauh lebih kaya dari Yakub. Yakub pulang dengan ditemani oleh keluarga dan sedikit budak, sementara Esau menyambut Yakub dengan 400 orang, “Yakubpun melayangkan pandangnya, lalu dilihatnyalah Esau datang dengan diiringi oleh empat ratus orang.” (Kej. 33:1). Dan ketika Yakub hendak memberikan persembahan kepada Esau, Esau menolak dengan ringannya, "Aku mempunyai banyak, adikku; peganglah apa yang ada padamu." (Kej. 33:9)

Jadi hak kesulungan tidak sama dengan berkat duniawi.

Dan hal ini semakin dikonfirmasi di dalam fakta bahwa setelah menerima hak kesulungan hidup Yakub yang penuh tipu daya tetap tidak berubah. 

Pertama-tama dia ditipu oleh Laban dengan diberikan Lea, sekalipun dia bekerja 7 tahun untuk Rahel. 

Setelah itu dia juga menipu Laban dalam kasus domba yang berbintik-bintik “Tetapi apabila datang kambing domba yang lemah, ia tidak meletakkan dahan-dahan itu ke dalamnya. Jadi hewan yang lemah untuk Laban dan yang kuat untuk Yakub.” (Kej. 30:42). 

Lalu Rahel sendiri pernah menjual Yakub kepada Lea dengan bayaran buah dudaim, “Ketika Yakub pada waktu petang datang dari padang, pergilah Lea mendapatkannya, sambil berkata: "Engkau harus singgah kepadaku malam ini, sebab memang engkau telah kusewa dengan buah dudaim anakku." Sebab itu tidurlah Yakub dengan Lea pada malam itu. (Kej. 30:16)”

Bahkan sampai akhir, Rahel juga menipu ayahnya sendiri dalam kasus berhala emas Terafim yang disembunyikannya dengan berkata dia sedang haid, “Ketika itulah Rahel mencuri terafim ayahnya. (Kej. 31:19)”

Jadi seluruh kisah Yakub adalah kisah penipu yang ditipu dan berbalik menipu dan kembali ditipu. Di satu sisi ironis; tapi di sisi lain, fakta bahwa dia yang menipu hak kesulungan saudara kembarnya sendiri dengan semangkok kacang merah, sekarang dijual oleh istri kesayangannya dengan buah dudaim, terasa sangat pas dan adil.

Sebaliknya, dalam kasus Esau kita melihat hal yang berbeda. Sementara kehidupan Yakub digambarkan penuh konflik, kehidupan Esau digambarkan sangat rapih dan baik. 

Kita tidak boleh lupa bahwa yang pertama kali menginisiasikan perdamaian bukan Yakub, tapi Esau. “Tetapi Esau berlari mendapatkan dia, didekapnya dia, dipeluk lehernya dan diciumnya dia, lalu bertangis-tangisanlah mereka.” (Kej. 33:4). Jadi jika ada pemberesan, pemberesan adalah jasa Esau yang memilih mengasihi alih-alih menuntut balas.

Dan kita tidak boleh lupa juga bahwa Esau telah terbukti lebih maju daripada Yakub. Kejadian 36 mencatat, “Inilah raja-raja yang memerintah di tanah Edom, sebelum ada seorang raja memerintah atas orang Israel.” (Kej. 36:31)

Jadi hak kesulungan sama sekali tidak menunjukkan berkat duniawi. Dalam hitungan apapun Esau tetap ada di atas Yakub.

Jadi kalau begitu, apa itu hak kesulungan? Menurut Roma 9:13, hak kesulungan sebenarnya adalah pemilihan Allah. Sesuai dengan perjanjian yang dibuat oleh Abraham, siapapun yang mendapat hak kesulungan akan meneruskan janji bahwa dia dipilih sebagai bangsa pilihan Allah. Oleh sebab itulah formula berkat kesulungan dari Ishak sama persis dengan formula berkat yang disampaikan Allah kepada Abraham, “Siapa yang mengutuk engkau, terkutuklah ia, dan siapa yang memberkati engkau, diberkatilah ia." (Kej. 27:29) bandingkan “Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." (Kej. 12:3).

Jadi apa yang didapatkan dari hak kesulungan? Yang didapatkan adalah Allah sendiri, dan hal ini menjadikan respons Esau menjadi begitu menghina Tuhan, “Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.” (Kej. 25:34) sebab memandang ringan hak kesulungan sama dengan memandang ringan Tuhan dan perjanjian-Nya. 

Itulah sebabnya mengapa di sepanjang kisah hidup Yakub yang kacau balau kita tetap melihat jejak anugerah Allah. Allah hadir dalam mimpi di Bethel ketika Yakub kabur dari rumah Ishak menuju rumah Laban, dan Allah yang sama hadir bergumul dengan Yakub semalam-malaman ketika Yakub kabur dari rumah Laban untuk kembali ke rumah Ishak. 

Apa yang menyebabkan si penipu ini layak menerima Tuhan lebih dari Esau? Tidak ada! Tuhan menyertai Yakub bukan karena Yakubnya, tapi karena kasih karunia-Nya sendiri.

Itulah sebabnya Paulus menulis sebagai kelanjutan dari Roma 9:13, ”Sebab Ia berfirman kepada Musa: "Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati." Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. (Rom. 9:15-16)“

Tuhanlah yang berdaulat meneruskan hak kesulungan pemilihan-Nya kepada siapapun yang Dia kehendaki. Tapi apakah Tuhan tidak adil dalam kasus Yakub dan Esau? Tidak! Dia menunjukkan keadilan-Nya, sebab Yakub yang menipu digambarkan memiliki hidup yang berantakan, dan Esau yang ditipu secara status duniawi ada di atas Yakub. Namun dalam hal kasih karunia, tetap Allah memilh Israel dan bukan Edom. 

Jika demikian, maka, pembahasan tentang hak kesulungan tidak boleh dibawa ke ranah berkat. Dan premis bahwa Yakub diberkati karena dia sudah melakukan pemberesan juga tidak benar. 

Bagian hidup Yakub yang mana yang diberkati sebenarnya? Sesudah dia berdamai dengan Esau, kita tahu anaknya, Dina, diperkosa; dan sekalipun solusi baik telah ditemukan, tetap anaknya Yakub, Simeon dan Lewi membunuh satu bangsa secara tidak adil (Kej 34:30), tidak lama setelah itu Yusuf dijual, tidak lama setelah itu anak Yakub yang lain berlaku tidak adil dengan Tamar menantunya, tidak lama setelah itu satu keluarga Yakub dilanda kelaparan sehingga mereka harus mencari pertolongan ke Mesir, tidak lama setelah itu Yakub mengungsi ke Mesir dan jadi orang asing, dan tidak lama setelah itu dia diperbudak selama 400 tahun. 

Bagian mana yang menunjukkan berkat materi dan berkat damai sejahtera kehidupan? Yakub terus menuai drama keluarga akibat dari kesalahannya yang menipu kakak kembarny dan ayahnya di ranjang kematiannya. Tapi melalui semua ini, satu yang bertahan: kasih karunia Allah. sekalipun Israel bebal seperti apa, Tuhan tetap sayang. Tidakkah ini berkat sesungguhnya? Tidakkah motif anugerah ini yang lebih menonjol dari kisah Yakub?

Maka kisah Yakub dan Esau dan hak kesulungan tidak menonjolkan kehebatan pemberesan Yakub dan berkat materi yang datang karenanya, tapi justru menonjolkan kehebatan kesetiaan Allah yang terus bertahan; sebab sama seperti Yakub yang penuh keputusan dan pilihan hidup yang salah, kita juga tidak jauh berbeda. Sama seperti Yakub yang egois dan dikendalikan nafsu, kita juga sama. Tapi kalau Allah bertahan kepada pribadi kacau balau seperti Yakub, maka Allah yang sama juga akan bertahan dengan pribadi under construction seperti kita. 

Akhirnya, kisah Yakub menjadi kabar baik buat kita yang broken.  


PS: sementara itu, panggilan tuan dan hamba dalam Kejadian 32-33 hanya digunakan untuk menunjukkan sikap merendahkan diri. Sebagai pihak yang memang salah, wajar jika Yakub merendahkan diri dan menyebut diri hamba dan menyebut Esau tuan. Ini adalah hal yang lumrah dalam dunia tata krama, sama seperti orang Jawa menyebut diri sebagai “abdi”. Itu sama sekali tidak menandakan terjadi pemulangan hak kesulungan.


Narasumber :

Pdt. Chandra Julianto, M.Th (bibl. PL)

Teaching Pastor, GMII Reformasi Liturgi