Sunday, March 2, 2025

JADI SIAPA YANG SEBENARNYA BUTA?



Kisah disembuhkannya Bartimeus dari kebutaan (bdk. Markus 10:46-52) atau seorang buta anonim yang lantas diusir dari rumah ibadah dan ditolak oleh keluarganya setelah disembuhkan (bdk. Yohanes 9:1-41), keduanya menyingkapkan hikmat yang luar biasa saat dibaca dengan kritis & pemahaman konteks yang memadai.

Bartimeus yang berseru-seru memanggil Yesus sebagai Mesias משיח (sedangkan orang2 yg "sehat" & tidak cacat malah meragukan-Nya) menyerukan kritik pedas 🌶️ 🔥 yang sama kala Yesus menjawab para Farisi di Yohanes 9. Nampaknya keterbatasan pandangan tdk membatasi pengenalan akan Allah, setidaknya tak separah kemunafikan orang banyak yanh menyuruh Bartimeus diam yang lantas berubah 180 derajat menyemangati Bartimeus saat Yesus ternyata memanggilnya (bdk. ayat 48-49), atau perasaan benar sendiri & elitisme Farisi dgn doktrin berkat-kutuk "deuteronomis" mereka yang ketat & penuh penghakiman itu.

Menarik bahwa baik orang banyak dalam Markus 10 maupun kaum Farisi dlm Yohanes 9, sama-sama menggambarkan atau merepresentasikan mayoritas masyarakat yang kerap menyuruh mereka yang dipandang tidak capable utk DIAM. Padahal Bartimeus menyerukan kebenaran tentang identitas mesianik Yesus dan orang buta dalam Yohanes 9 menegur kaum Farisi bahwa Taurat yg mereka pandang secara sempit itu pun kontra terhadap tuduhan mereka kalau-kalau Yesus berkarya melalui kuasa gelap melawan יהוה Yahweh.

Betapa membebaskannya ketika kita sadar bahwa kedua kisah orang buta yang disembuhkan ini tak hanya bicara soal mujizat supernatural utk mereka yang memenangkan perlombaan iman yang transaksional (yang justru merangsang motivasi ke arah kemunafikan, triumfantalisme/mengagungkan pencapaian & pragmatisme/memperalat Allah). Namun keduanya bercerita & menyemangati kita yang mungkin punya gagasan berbeda mengenai Alkitab, tentang kebenaran, mengenai etika atau simply tentang cara menjalani hidup. Bisa jadi berdua orang buta tersebut secara kronologi lebih awal mengakui Mesias ketimbang Santo Petrus yg katanya sokoguru Gereja! 

Mengutip sahabat saya, Pdt. DR. Timothy Athanasios M.Min., "Bartimeus itu seolah mau berkata : Gue boleh saja buta, tapi gue kan ga bisu.. Ko Felix, teruslah berbicara di hadapan mrk yg menyuruhmu diam." 🥹🙏💕

Mungkin ada yg membutuhkan kalimat itu pula hari ini, jika ya, BICARALAH, Anda boleh jadi salah & punya bias, tapi itu urusan lain. Semua bisa didiskusikan & diluruskan, namun tak ada orang yang lebih berhak beropini atau terpanggil lebih daripada Anda hingga berhak menegasi penghayatan & pengalaman Anda akan Allah. Berbicaralah, berjuanglah utk ruang dialog yg aman bagi semua.



Berkah dalem.

FZ 趙健忠 💕🙏🍿📚🕊️🌈

#5of30 #30harimenulis


Tq @holy_heretics (Sdr. Freddy Sulaiman) buat referensi "kupasan" Bartimeus nya 🙏


Kutipan lengkap nats yg digunakan :

Markus 10:46-52 -- https://alkitab.app/v/20605ef57e3a

Yohanes 9:1-41 -- https://alkitab.app/v/c3c525ad1258


Silakan klik beberapa kisah di bawah ini untuk membaca blog lengkapnya ...

Mengapa obsesi "kebenaran absolut", membuktikan atau membela Alkitab malah menyebabkan kita kesulitan membacanya?

Jangan lekas tersulut dengan kritik soal menafsirkan Alkitab "semaunya", kita dan bahkan sang penuduh juga melakukannya koq 🤭🤭

Kenyataan diagnosa penyakit membawa saya merenungkan tentang kedewasaan dalam memahami iman yang melibatkan penerimaan akan realitas.

Dari Motto René Descartes, "Cogito Ergo Sum", mari menelusuri kontroversi dan polemik kekristenan konservatif versus progresif. Apakah pemikiran liberal adalah suatu kesesatan baru?

Apa hubungan perkembangan kosmologi dan fisika kuantum dalam menemukan kembali inklusivitas dalam dialog iman?

Segurat protes terhadap "tradisi" manipulasi narasi "alkitabiah" tentang kepatuhan dan pahala dalam relasi komunal termasuk bergereja.

Membingkai dosa dalam lensa keselamatan postmortem imajinatif personal (baca: "egoistik") terkadang membuat kita lupa bahwa dosa juga adalah sistem perusakan jalinan dunianya Allah, fisik & komunal.

No comments:

Post a Comment