Matius 10:39 (TB) Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
Minggu ini saya dikejutkan dengan ulasan sebuah akun edukasi medsos mengenai John Calvin. Dikatakan di sana bahwa banyak orang keliru memahami pemikiran Calvin terkait keselamatan, Gereja, dan lembaga publik. Eksklusivisme teologinya diduga membuat banyak orang mencoba "memastikan" keselamatan atau "keterpilihan" mereka dengan segala cara untuk meraih status hidup yang dipersepsikan sebagai "tanda" keterpilihan atau "perkenanan" Allah. Dpt diterka bahwa status yang d mksd adalah keunggulan posisi sosial, kekayaan, kekuatan politik dll dengan mengorbankan belas kasih, kejujuran dan nilai luhur lainnya yang justru diwartakan oleh Kristus dan Gereja-Nya sepanjang jaman. Uniknya, disonansi dan distorsi ini acap kali diresponi dalam dua ekstrem yang bertolak belakang dan sama kuatnya. Di satu sisi pemikiran yang terlanjur "mainstream" mengenai Kalvinisme melahirkan antipati sementara kalangan lainnya mendukung dan meyakininya sebagai cara yang terbaik dalam memandang Sabda Allah dan pesan Injil.*
Klarifikasi dilanjutkan bahwa justru Calvin merumuskan pemikiran dan teologinya tak lepas dari peran dan kesadarannya sebagai baik teolog dan pejabat publik. Calvin menekankan kepatuhan pada lembaga negara namun pula memberi "legitimasi" resistensi bagi Gereja ketika penguasa tidak lg amanah thdp kebaikan orang banyak, dan lagi, Calvinisme tak hanya melulu soal imaginative post-mortem soteriology (konsep keselamatan pasca-kematian yang imajinatif).
Terkait hal ini, seorang sahabat pun acung jempol pada konten tersebut, bahwa mereka yang belajar dengan kritis akan membedah Calvin dengan sudut pandang yang berbeda. Dalam kekagetan, I can't agree more, bagaimana tidak, selama ini konten-konten emosional dan combative berhasil meyakinkan saya seolah Kalvinisme hanya soal predestinasi, innerancy dan TULIP (padahal innerancy adalah "produk" Chicago Faith Statement besutan SBC 1978, dipertahankan secara literatur oleh figur-figur evangelikal spt Al Mohler, William Lane Craig dkk, dan TULIP adalah interpretasi atas Calvin, bukan originally Calvin's).
Dan dalam analogi yang mirip mungkin rekan dan sahabat saya para pengajar dan pembicara Katolik banyak yang tidak mengenal sosok dan kontribusi Rm (alm.) Hans Küng baik buku, karier akademik, maupun pelayanan konsultasi teologisnya semasa Konsili Vatikan II. Para aktivis persekutuan yang "latah" dan kurang kritis menyerap fundamentalisme evangelikal akan kaget ketika Küng, kakak kelas Kardinal Ratzinger alm. (yang kemudian terpilih sebagai Paus Benediktus XVI) ini justru amat mendukung dialog setara antar-agama.
Maka sambil membaca kembali Matius 10:39, apakah teologi "mempertahankan nyawa" tengah menjadikan the untold story of Calvin & Hans Küng sebagai minority report? 🤔
Berkah Dalem
FZ 趙健忠 ☦✍📚✍
#17of30 #30harimenulis
* Dalam lingkaran fundamentalisme tertentu seperti gereja-gereja independent baptists maupun southern baptist di Amerika Serikat, maupun komunitas-komunitas secara global yang secara sadar maupun tidak mengadopsi dogmatika mereka,